Kota Bekasi, Kupasfakta.com
Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto, memastikan kasus yang menimpa Ratih Raynada (30), warga Kecamatan Mustika Jaya yang kini terbaring di rumahnya usai operasi caesar di RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid (RSUD CAM) bukan merupakan tindakan malapraktik seperti yang ramai diberitakan di media sosial.
Hal tersebut disampaikan Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto setelah terlebih dahulu berkonsultasi dengan dokter RSU dan membesuk langsung ke rumah Ratih di Kec. Mustika Jaya bersama jajaran Pemkot Bekasi.
Menurut Tri, sejak pekan lalu pihaknya telah berkoordinasi dengan RSUD dan melakukan audit terkait penanganan medis yang diberikan kepada Ratih. Dari hasil penelusuran, dapat disimpulkan tidak ada unsur kelalaian tenaga medis dalam penanganan Ratih.
“Ternyata ini sudah ditangani berbagai dokter spesialis. Mulai dari proses kehamilan, kelahiran, ada spesialis obgyn, spesialis anestesi, spesialis neurologi, spesialis paru dan spesialis bedah syaraf. Tentu kemudian diinvestigasi oleh satu tim dokter,” kata Tri.
Namun demikian lanjut Tri, Pemkot Bekasi tetap hadir memberikan perhatian serius dan bantuan bagi Ratih dan keluarganya. Saat besuk ke rumah Ratih, Wali Kota mendapat informasi kalau anak-anak Ratih putus sekolah, sehingga Tri Adhianto memastikan pendidikan anak-anak Ratih akan jadi tanggung jawab pemerintah Kota Bekasi.
“Pemerintah hadir bukan hanya untuk meluruskan informasi, tetapi untuk memberi solusi. Pendidikan anak-anak Ibu Ratih kami tanggung sampai selesai. Kami ingin memastikan tidak ada anak di Kota Bekasi yang putus sekolah karena kesulitan ekonomi atau musibah seperti ini,” tegas Tri.
Selain menanggung biaya pendidikan anak, Tri juga berkomitmen memperbaiki rumah keluarga Ratih yang kurang memadai melalui program Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu). Pemkot kata dia akan memastikan keluarga Ratih dapat menempati rumah layak huni dan lebih nyaman. Pasalnya, rumah Ratih dinilai tidak layak karena dihuni oleh tiga kepala keluarga (KK).
Dalam kesempatan tersebut, Tri Adhianto juga memberikan apresiasi kepada tim dokter yang telah menangani persalinan Ratih dengan cepat dan sesuai prosedur medis. Ia menegaskan pentingnya menghargai kerja keras para tenaga kesehatan yang sering menghadapi situasi darurat dan harus mengambil keputusan penting dalam waktu singkat.
“Kita harus berterima kasih kepada para dokter yang bertindak cepat dan tepat saat itu. Mereka berusaha menyelamatkan dua nyawa sekaligus, ibu dan bayinya,” kata Tri sebagaimana release pers Diskominfotandi (DKMT) yang dikutip, Kamis (3/7).
Tri juga mengimbau agar suami Ratih kembali dan bertanggung jawab atas keluarganya yang kini ditinggalkan dalam kondisi sulit.
“Mudah-mudahan suaminya sadar bahwa memang harus sama-sama membangun keluarga. Kan tentu harus diperlukan juga figur seorang ayah,” kata Tri.
Pada kesempatan yang sama, Direktur RSUD CAM Kota Bekasi, Kusnanto, juga menjelaskan bahwa tim medis sudah menjalankan prosedur yang benar. Ratih datang dengan kehamilan usia 36 minggu, posisi bayi letak lintang, dan air ketuban yang terus keluar, sehingga operasi caesar darurat menjadi langkah penyelamatan yang harus segera dilakukan.
“Pasien datang dengan kondisi darurat. Bayinya letak lintang dan air ketubannya sudah keluar-keluar. Fokus kami saat itu adalah menyelamatkan ibu dan bayinya,” kata Kusnanto.
Lebih lanjut, Kusnanto menyampaikan bahwa kelumpuhan yang dialami Ratih tidak berkaitan dengan tindakan medis. Keluhan tersebut baru muncul beberapa bulan setelah persalinan dan setelah dilakukan pemeriksaan lanjutan, Ratih didiagnosis menderita Tuberculosis (TBC) tulang yang menyerang bagian leher hingga panggul. (Red)