“Resmi Kebijakan Baru KDM : Mulai Tahun Ajaran 2025/2026, Sekolah di Jabar Dilarang Beri PR kepada Siswa demi Generasi Berkarakter Panca Waluya.”
Bandung. Kupasfakta.com
Mulai tahun ajaran 2025/2026, wajah pendidikan di Jawa Barat akan mengalami perubahan yang signifikan.
Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, atau yang akrab disapa KDM, mengeluarkan kebijakan baru yang cukup kontroversial namun berani.
Kebijakan tersebut adalah meminta seluruh sekolah di Jawa Barat untuk tidak lagi memberikan pekerjaan rumah (PR) kepada siswa mulai tahun ajaran 2025/2026.
Kebijakan ini menjadi bagian dari langkah strategis Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih sehat, manusiawi, dan berorientasi pada pembentukan karakter siswa secara utuh.
Melalui pendekatan ini, KDM ingin mengembalikan fungsi rumah sebagai ruang keluarga, bukan perpanjangan ruang kelas.
Menurut KDM, kebijakan ini merupakan bagian dari upaya untuk mengurangi beban belajar siswa di luar jam sekolah.
Ia menilai bahwa PR selama ini justru bertentangan dengan semangat pendidikan yang seharusnya membebaskan dan membentuk karakter siswa. “PR itu bertentangan dengan spirit pendidikan,” ujar KDM dalam sebuah kesempatan.
Implementasi Kebijakan
Kebijakan ini akan mulai diberlakukan pada tahun ajaran baru. Sekolah-sekolah di Jawa Barat diharapkan dapat mengatur kurikulum sedemikian rupa sehingga seluruh pembelajaran dapat diselesaikan di sekolah tanpa harus ada PR yang dibawa pulang oleh siswa.
KDM menekankan, bahwa tugas dan pekerjaan sekolah harus diselesaikan di lingkungan sekolah, sementara di rumah, anak-anak harus bisa rileks, membaca buku, berolahraga, atau membantu orang tua.
Tujuan Kebijakan
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk membentuk generasi muda Jawa Barat yang siap menyongsong masa depan dan berkarakter kuat.
KDM menegaskan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari upaya mewujudkan generasi Gapura Panca Waluya yang memiliki karakter cageur, bageur, bener, pinter, dan singer.
Dampak Positif untuk Murid
1. Waktu Istirahat di Rumah Lebih Maksimal tanpa PR, murid bisa lebih santai di rumah. Ini memberi waktu untuk:
– Istirahat yang cukup
– Berinteraksi dengan keluarga
– Mengembangkan keterampilan non-akademik (les musik, olahraga, dll.)
2. Fokus Belajar di Sekolah
KDM menekankan bahwa semua tugas diselesaikan di sekolah. Artinya:
– Murid belajar lebih disiplin menyelesaikan pekerjaan di waktu sekolah
– Tidak ada beban akademik yang menumpuk di rumah
– Mendorong efisiensi belajar di kelas
3. Keseimbangan Hidup Akademik & Sosial
Anak-anak diberi ruang untuk tumbuh secara holistik, tidak hanya akademik. Mereka bisa:
– Membantu pekerjaan rumah tangga
– Membangun kemandirian dan tanggung jawab
– Mengurangi stres karena tugas sekolah
Tantangan bagi Murid
Adaptasi dengan Jam Masuk Lebih Pagi (06.30) WIB.
Tidak semua murid terbiasa bangun pagi.
Tantangan ini meliputi:
– Kurang tidur jika pola tidur belum diatur ulang
– Rasa lelah di jam pelajaran awal
– Masalah transportasi pagi hari (terutama di wilayah pedesaan atau macet)
Disiplin Menyelesaikan Tugas di Sekolah
Murid yang belum terbiasa menyelesaikan tugas tepat waktu di kelas bisa kesulitan. Dibutuhkan:
– Pengawasan lebih dari guru
– Pendampingan dalam manajemen waktu
Bagi murid, kebijakan ini membuka peluang untuk tumbuh lebih sehat secara fisik dan mental jika dijalankan dengan dukungan lingkungan sekolah dan keluarga.
Namun, mereka tetap perlu beradaptasi dengan pola belajar baru, khususnya dalam hal disiplin waktu dan kesiapan fisik untuk memulai hari lebih pagi.
Tantangan dan Harapan
Meskipun kebijakan ini mendapat dukungan dari berbagai pihak, implementasinya tentu tidak mudah.
Sekolah-sekolah perlu melakukan penyesuaian kurikulum dan metode pembelajaran agar tujuan dari kebijakan ini dapat tercapai.
Selain itu, peran serta orang tua juga sangat penting dalam mendukung kebijakan ini agar siswa dapat memanfaatkan waktu di rumah dengan kegiatan yang positif dan produktif.
Kebijakan Gubernur Dedi Mulyadi untuk menghapuskan PR bagi siswa di Jawa Barat mulai tahun ajaran 2025/2026 merupakan langkah berani yang bertujuan untuk mengurangi beban belajar siswa dan membentuk karakter generasi muda yang lebih baik.
Dengan mendorong pembelajaran selesai di sekolah dan mendorong anak-anak beraktivitas positif di rumah, Gubernur Dedi Mulyadi mengusung semangat pendidikan yang menyeimbangkan aspek akademik dan kehidupan sosial anak.
Namun, keberhasilan kebijakan ini sangat bergantung pada kerjasama antara pemerintah, sekolah, dan orang tua dalam mengimplementasikan perubahan ini secara efektif.
Meski implementasinya akan menghadapi tantangan, dengan dukungan orang tua, guru, dan pemerintah daerah, kebijakan ini dapat menjadi awal dari reformasi pendidikan yang lebih berpihak pada tumbuh kembang siswa secara holistik.
Generasi “Gapura Panca Waluya” yang sehat, cerdas, dan berakhlak mulia bukan lagi mimpi, tetapi tujuan yang sedang ditata dengan kesungguhan. ***